gaul

Kamis, 22 Agustus 2013

Makanan Dari Sagu

Papeda atau bubur sagu, merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan Papua. Makanan ini terdapat di hampir semua daerah di Maluku dan Papua.
Papeda dibuat dari tepung sagu. Pembuatnya para penduduk di pedalaman Papua. Tepung sagu dibuat dengan cara menokok batang sagu. Pohon yang bagus untuk dibuat sagu adalah pohon yang berumur antara tiga hingga lima tahun.
Mula-mula pokok sagu dipotong. Lalu bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati ini diperoleh tepung sagu murni yang siap diolah. Tepung sagu kemudian disimpan di dalam alat yang disebut tumang.
Papeda biasanya disantap bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan dibumbui kunyit dan jeruk nipis.


Berikut daftar lainnya untuk nama-nama makanan khas Papua Timur ini :

Papua
* Ikan Bakar Manokwari
* Aunu
* Ikan Bungkus
* Anuve Habre
* Ikan Kuah Kuning
* Aunu Senebre
* Eurimoo

Nasi Bambu



Seorang pedagang sedang memotong ruas-ruas bambu yang gunakan untuk membuat nasi jaha', di jalan protokol, Palu, Sulawesi Tengah. Nasi jaha' adalah makanan khas Natal dan tahun baru. Pedagang musiman ini menggelar dagangannya menjelang Natal dan tahun baru.

Cerita anak luwuk

ni hidupku,,,,, kota luwuk adalah kota dimana aku dilahirkan dan dima aku tumbuh besar,,,, banyak ke aneka ragaman hidup penduduknya,,,,, semua yang kurasakan sangatlah menyenangkan,, yups,, karna ini kota ku tersayang,,,, buat loe,,loe yang penasaran,,, datang aja,,,,

Burung Maleo

Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon.Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang.[Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini.

Banggai Cardinal Fish

Ikan Banggai Cardinal Fish adalah ikan hias asli Indonesia dan hanya ditemukan di perairan Kab. Banggai, Sulawesi Tengah. Ciri-ciri ikan hias ini memiliki ukuran kecil dengan ciri khas pola yang sangat kontras antara garis hitam dan putih dengan totol-totol putih. ukuran maksimal 6 cm. Memiliki bentuk badan yang tinggi, bulat pipih, mulut besar, memiliki dua sirip punggung yang panjang dan indah. Karena keunikan dan keendemikan yang dimilikinya, ikan ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Menemukan hewan endemik di perairan terbuka merupakan suatu keinginan yang sangat tinggi, keinginan itu tidak kami siasiakan dalam kegiatan survei dan pengumpulan data dalam penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil Kab. Banggai dan Kab. Banggai kepulauan oleh KKP.

 

Kapal Pengangkut Hasil Bumi Terbakar

Luwuk- Kapal Motor Masikamba habis dilalap api saat bersandar di Pelabuhan Rotan, Teluk Lalong, Kota Luwuk, Sulawesi Tengah, Minggu (6/1) sekitar pukul 09.15 WITA. Kerugian ditaksir mencapai Rp 70 juta.
Kapal naas yang melayari rute pelayaran Luwuk, Sulteng-Taliabu, Maluku Utara tersebut langsung ludes terbakar tidak lebih dari setengah jam. Dari penyelidikan awal, diduga lima drum minyak tanah yang diangkut kapal tersebut mempercepat terjadinya kebakaran.
Kapten KM Masikamba Lasalihi (52) dalam pemeriksaan polisi mengaku saat kapal terbakar sedang belanja perbekalan. Dari kesaksian salah seorang anak buah kapal (ABK) Mohtar sebelum kapal terbakar, ia hendak menyalakan kompor untuk memanaskan nasi. Tapi kemudian ia melihat api sudah membesar.
“Api itu mungkin muncul dari pipa selang yang bocor. Jadi langsung membesar. Saya sempat menyiram apinya, tapi tidak padam, akhirnya saya terjun ke laut,” ujar Mohtar di depan polisi.

Pantai Kilo Lima

Obyek wisata ini ramai dikunjungi oleh masyarakat kota Luwuk karena letaknya dekat dari kota. Deretan kios, kafe serta warung makan dalam bentuk rumah panggung menjadi pemandangan khas. Ombak pun sering menghempas pantai mengiringi keceriaan pengunjung. Bersampan, berenang, ski atau selancar merupakan atraksi yang dapat dilakukan di pantai Kilo Lima. Usai atraksi pengunjung dapat melepas kepenatan sambil menikmati makanan khas seperti nasi goreng, pisang goreng atau minuman segar. Disebut kilo 5 karena letaknya yang hanya 5 kilometer sebelah selatan dari pusat kota Luwuk. Pantai dengan hamparan pasir putih, air yang jernih serta beraneka ragam jenis karang yang memukau. Letaknya ditepi jalan raya dan sangat mudah dijangkau dengan semua jenis kendaraan bermotor.
Wisata di kilo 5 adalah lokasi yang baik untuk melihat pemandangan laut dan panoraman indah saat matahari terbit. Jika kita berkunjung ke Luwuk dari jalur udara, maka akan melewati pantai ini. Pemandangan pantai Kilo Lima, walau air laut sampai menyentuh tembok pembatas pantai, tetapi pengunjung tetap bisa bermain dan berenang di pantai ini karena pantainya yang dangkal, jernih dan berpasir putih serta berombak tenang.

Air Terjun Tontouan Luwuk

Salah satu Objek Wisata yang berada di tengah-tengah Kota Luwuk, memiliki Pesona Keindahan Alam yang indah  dan dapat menjadi alternatif Wisata dalam mengisi liburan akhir pekan adalah air terjun mini Tontouan
Objek Wisata alam CM3 (Cepat,murah,menarik,memuaskan). memiliki daya tarik tersendiri karena berada dilembah yang diapit oleh 2 gunung di penuhi tanaman jagung,pisang,pepaya,sayur-sayuran milik masyarakat setempat. Jarak 2 km dari jantung kota dengan waktu tempuh 30 menit.

Kota Luwuk

Berlibur di "salodik" itu sangatlah senang karena pemandangan disana sangat bagus.
Disana pemandangan masih asri (suasana pedesaan), salodik tepatnya ada di "Luwuk" Sulawesi Tengah.
Disana udaranya masih sejuk dan airnya sangat jernih tidak seperti air sungai di kota-kota besar.


Makanan Kaledo

MAKANAN KHAS SULAWESI TENGAH

Kaki Lembu Donggala atau yang lebih dikenal dengan nama Kaledo ini adalah makanan khas masyarakat Donggala. Terletak di propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di kota Palu. Makanan ini mirip dengan sup buntut, bedanya tulangnya dari kaki lembu dan disajikan bukan dengan nasi melainkan dengan ubi. Tulangnya itu sendiri adalah ruas tulang lutut yang masih penuh dengan sum-sum. Ada juga yang mengatakan, bahwa Kaledo berasal dari Bahasa Kaili, bahasa penduduk Palu. Ka artinya Keras, dan Ledo artinya Tidak, sehingga dapat diartikan "tidak keras".

Berikut merupakan foto makanan khas tersebut :